Sunday, May 13, 2012

GEMPA



SEJAK Rabu sore (11/4) ketika kabar gempa besar mengguncang sisi barat Pulau Sumatera, kabar gempa susulan yang juga masih besar hingga Jumat siang (13/4) masih saja terjadi di sana.

Gempa pertama dengan kedalaman dangkal dan dengan kekuatan 8,5 SR itu tentu saja adalah gempa dengan guncangan hebat. Pusat gempa berada di laut, dan dengan begitu, institusi yang berwenang mengeluarkan informasi, Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan peringatan tsunami.

Seluruh orang was-was. Berharap tak ada kabar buruk dari sebagian wilayah yang menyebar dari Nanggroe Aceh Darusalam (NAD), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, dan propinsi-propinsi lain di Pulau Sumatera yang berdekatan dengan pusat gempa itu. Deteksi gempa menyebut pusat gempa berada dekat dari Kabupaten Simeulue, pulau terluar di pantai barat Sumatera, masuk dalam wilayah administrasi Propinsi NAD.

Kenangan akan duka bencana dari gempa dan lalu tsunami yang menghantam NAD pada 26 Desember 2004 lalu masih membekas. Dalam kenangan itu, sebuah pulau yang dikenal sebagai Simeulue, diprediksi akan lebih luluh lantak dibanding daerah-daerah lainnya. Pusat gempa saat itu juga dekat dari Simeulue.

Tapi prediksi itu tidak terjadi. Simeulue punya kearifan lokal memahami sejarah kebencanaan, khususnya gempa dan tsunami. Tsunami dalam pemahaman orang Simeulue dikenal dengan nama Smong.

Tanda-tanda alam menyertai pemahaman bijak itu. Hewan-hewan beranjak ke ketinggian, termasuk ketika peliharaan di rumah-rumah warga terlihat gelisah dan bertingkah laku aneh. Pemahaman dasar lainnya yang juga menyertai tentunya ketika air laut di pesisir surut tak seperti biasanya.

Setiap daerah memiliki kearifan lokalnya yang turun secara turun temurun dan dimaknai sebagai kebudayaan. Salah satunya misalnya menyatunya keseimbangan antara alam dan pemahaman mahluk hidup yang tinggal pada alam itu. Tanggap pada fenomena alam seperti yang terjadi pada masyarakat Simeulue dengan tradisi memahami Smong (tsunami) itu adalah contohnya.

Sayangnya, banyak kearifan lokal yang sudah semakin ditinggalkan karena dianggap tak sejalan lagi dengan semangat zaman.

Tsunami menurut laporan BMKG sekira sejam pasca gempa pertama memang menghampiri Simeulue dengan ketinggian ombak 80 cm. Kabar terakhir yang cukup menggembirakan, anak-anak SMA di Sinabang, ibukota Simeulue, tetap siap menghadapi Ujian Nasional Senin nanti. Ketahanan masyarakat yang perlu di tiru.


Gambar: merdeka.com

No comments:

Post a Comment

Terima kasih, telah berkunjung ke blog saya

Postingan Sebelumnya..