Sunday, July 7, 2013

BARBARA: DI ANTARA HATI DAN IDEOLOGI

Dari GCFFI 2013 di Kota Palu


BARBARA memilih kata hatinya. Dokter perempuan dengan perangai dingin itu (Nina Hoss) memilih tetap berada di timur Jerman sekalipun hidup dalam pengawasan ketat intelijen negara.

www.npr.org

Sedari awal hingga nyaris film selesai,  rutinitas tokoh-tokoh dalam Barbara seolah dihadirkan tanpa emosi. Ruang-ruang personal tempat Barbara menyembunyikan uang, suasana ganjil penumpang kereta, pertemuan rahasia untuk sekadar melepas birahi dengan pacarnya yang tanpa gairah, teror negara padanya, kunjungan pasien, dan percakapannya –juga ciuman sesaatnya dengan Andre, koleganya sesama dokter, dibuat datar, termasuk malam-malam yang sepi atau siang yang sarat kekosongan, kecemasan.

Seolah sengaja, adegan-adegan membosankan itu mendapatkan pembenaran. Jerman Timur yang sosialis dipersepsikan sebagai negara kaku yang disiplin ideologinya hadir di semua ranah kehidupan warganya dari ruang privat hingga publik. Tubuh yang disiplin. Pada suatu adegan Barbara diinterogasi, diperiksa dalam tubuh yang telanjang, kamar tidurnya diobrak-abrik, dan percakapan orang-orang dalam film yang seringkali lebih sering seperti berbisik, termasuk rumah sakit tempat Barbara bekerja.

Sutradara Christian Petzold lebih mengedepankan bahasa tubuh tokoh-tokohnya dalam menyampaikan pesan situasi Jerman Timur di era itu yang seperti rumah kaca. Dalam sebuah adegan, kecemburuan disampaikan dengan cara memindahkan posisi sepeda Barbara yang habis bercinta dengan pacarnya di sebuah hutan yang sepi. Tanpa bicara. Pun begitu ketika sebuah pengering rambut yang mungkin produk dari barat tegangan listriknya tak sama dengan di timur. Yang bicara di adegan itu adalah korsleting.  

Keterkejutan akhirnya dihadirkan di akhir film ketika Barbara memilih Andre, tokoh yang tak diposisikan sejak awal sebagai protaganis, bahkan mungkin malah sebaliknya, dicurigai menjadi bagian dari intelijen itu sendiri.

Intensitas personal yang dibangun dalam percakapan-percakapan tak berkesan antara Barbara dan Andre menjadi lapis terdalam untuk memaknai pesan utama dari film, hubungan keduanya, termasuk terpisahnya timur dan barat dalam sepenggal sejarah negeri itu.

Penonton hanya akan menunggu satu jawaban dari sana. Pelarian Barbara melalui laut dari Jerman Timur dapat berjalan sesuai rencana. Seperti pelarian-pelarian orang Yahudi di kamp-kamp konsentrasi Nazi yang selalu dramatik. Drama pelarian Barbara di akhir film yang diharapkan itu melahirkan drama baru yang yang tidak saja mengejutkan, tapi juga mencerahkan. Barbara tak lari dan malah membebaskan pasiennya, Stella. Cinta personal antara dokter dan pasien, cinta antara kolega sesama dokter yang saling membutuhkan, cinta yang membebaskan, mengatasi ketakutan apapun yang diciptakan negara.


Barbara memang bukan pataba (yang utama) dari 9 film Jerman yang dipilih untuk pemutaran German Cinema Film Festival 2013 di Kota Palu. Ada 8 film Jerman lain yang tak kalah bagusnya, yang merepresentasikan Jerman dalam banyak tema. Tapi bolehlah berasumsi Barbara bisa mewakili kecenderungan aktual film-film Jerman yang bertema sejarah.

Tema sejarah terbelahnya Jerman dalam Timur dan Barat dalam sinema Jerman generasi pasca tembok Berlin runtuh, telah mewarnai beberapa film yang menjadi wacana penikmat film di Indonesia. Untuk menyebut salah satu dari film dengan tema itu adalah Goodbye Lenin (2003) yang diputar pada Jakarta International Film Festival (JIFFest) tahun 2004. Goodbye Lenin  adalah drama yang merefleksi sejarah Jerman dengan cara satir. Pada dokumenter, ada film This Ain’t California –masuk dalam daftar film German Cinema Film Festival 2013, yang juga menampilkan satir subkultur komunitas skateboard, dan Anke Limprecht (2000), film dokumenter pendek yang mengisahkan upaya menyatukan sobekan potongan-potongan kertas dokumen rahasia negara yang sengaja dimusnahkan.

Semua dari film-film itu menjadikan bagian penting dari sejarah terpisahnya Jerman sebagai tema. Tak ada yang baru di sana, karena menjadikan timur sebagai titik pijak, namun pada Barbara jadi lain karena lapis terdalamnya, cinta, dan bukan sekadar ideologi politik belaka. ***

SutradaraChristian Petzold
SkenarioChristian Petzold
Harun Farocki
PemainNina Hoss
Ronald Zehrfeld
Jasna Fritzi Bauer
Mark Waschke
Rainer Bock
MusikStefan Will
SinematografiHans Fromm
EditorBettina Böhler
Release date(s)
  • 11 February 2012 (Berlin)
Durasi105 menit
Asal filmJerman
BahasaJerman
Box office$3,115,348

No comments:

Post a Comment

Terima kasih, telah berkunjung ke blog saya

Postingan Sebelumnya..