Landskap Jalan Emi Saelan yang saya foto dari gerai bakso Senayan di Mall Tatura Palu |
KOTA-kota
memang menjadi begitu identik dengan jasa sebagai penggerak utama ekonominya.
Penamaan yang lebih khusus atas pengertian jasa itu sekarang disebut MICE,
singkatan dari Meeting, Incentive, Convention, Exhibition atau Expo.
Kota-kota
dibenahi, berkompetisi menjadi kota MICE. Ruang-ruang publik dibedaki mulai dari
jalan-jalan termasuk penerangannya, khususnya yang protokol sebagai jalan utama,
juga taman-taman. Seiring dengan itu, investasi di sektor transportasi dan
akomodasi ditingkatkan, mulai dari fasilitas bandara, pelabuhan, moda angkutan
publik, hingga hotel-hotel berbintang. Juga bisnis hiburan dan kuliner dari
yang waralaba hingga yang khas lokal.
Prasyarat
kota MICE di atas akan dipengaruhi faktor lainnya: situasi nyaman dan ramahnya kota,
sosial budaya dan sejarahnya, terlebih jika sebuah kota memiliki perbedaan unik
karena faktor alam: punya laut, sungai, danau, bukit, gunung, pulau, dst.
Syarat
lain yang tak kalah pentingnya tentu saja fungsi relasi kota itu ke luar, ke
banyak kepentingan: investor, media massa, institusi-insitusi profesi, agensi.
Di ranah formal pemerintahan, kota-kota merasa berkepentingan dengan kebijakan
Jakarta, karena misalnya sebuah kegiatan berskala nasional bahkan internasional
diputuskan dari level kementerian yang berada di ibukota negara itu. Inisiatif
kadang lahir dari acara-acara dan promosi yang diselenggarakan individu,
masyarakat atau komunitas di beberapa kota untuk mengundang banyak jejaringnya
di luar kota.
Dan kita
sebut saja tamu yang datang ke sebuah kota karena MICE itu adalah pelancong
atau turis, karena niat tamu MICE ini sebenarnya wisata, melancong, melakukan
perjalanan.
Yang seolah
dapat langsung terbaca dari gambaran di atas adalah tamu-tamu yang membawa uang
dari kota tempat mereka tinggal ke kota yang mereka kunjungi. Sejak tiba, saat
kaki tamu menjejak di bandara sebuah kota dan membayar buruh angkut dan memesan
taksi, misalnya, hingga ketika akan pulang saat membayar pajak bandara kota itu
adalah belanja. Sepanjang hari selama di kota itu tamu-tamu belanja. Ada yang
masuk ke saku warga kota, ada yang masuk ke saku kota itu, karena sebagian
besar item belanja para tamu ada pajaknya. Paling minim buat tamu yang tak
boros seperti saya, mengabarkan kota-kota unik yang berkesan juga punya nilai
tambah.
MICE harusnya
menjadi nilai tambah bagi kota dan penghuninya. Fasilitas publik dari
pendapatan kota atas MICE jadi banyak dan bermutu, pendapatan sektor riil
karena MICE meningkat.
Sebagai
warga Kota Palu yang sedang berada di Kota Manado di minggu terakhir di bulan
Mei 2012, saya merasakan gambaran-gambaran di atas. Belum lama lewat
kementerian komunikasi dan informasi merayakan acaranya di Manado. Di waktu
yang bersamaan, kota itu sibuk dengan banyak kegiatan MICE. 96 kota dari
seluruh Indonesia kumpul untuk pameran. Belum lagi pemerintah-pemerintah
kabupaten dan sebuah kegiatan cabang olahraga bertaraf nasional.
Belum
juga 2012 lewat, persiapan acara nasional lainnya yang akan digelar pada tahun
depan sudah disosialisasikan.
Pada
akhir bulan Mei ini hunian hotel di Manado meningkat tajam, jalanan terlihat
sibuk dengan penjemputan protokoler. Dari pagi hingga pagi lagi pesawat dari
macam-macam maskapai penerbangan melintas di langit Manado. Kapal USNS Mercy
dari Amerika Serikat merapat di teluk (31/5) untuk sebuah acara internasional. Di
sudut-sudut kota, spanduk, baliho, billboard, dan media sosialisasi lainnya
dipampang memberi sambutan. Warga kota Manado seolah menyatu dengan kebiasan
baru kota mereka sejak World Ocean Conference dan Sail Bunaken pada 2009 lalu sebagai
kota MICE.
Landskap Kota Manado yang saya foto dari lantai 6 hotel Swisbel. Tampak di kejauhan pulau Manado Tua |