The most trouble maker toys. Disini orang suka bilang hoya-hoya. Termasuk Jade, anak perempuan saya, yang tahu benar odong-odong sedang mendekat, sekalipun jaraknya dari rumah kami masih kurang lebih 50an meter. Speaker cempreng yang disetel lagu anak-anak dengan keras adalah khas odong-odong.
Odong-odongnya tidak dipanggil? Repot! tapi dipanggil juga pasti repot. Ini karena anak kecil seumur Jade (2 tahunan) yang masih balita itu egoisnya tinggi. Tak puas sekalipun sudah 3-4 judul lagu lewat. Sejudul Rp. 1000. hmmm… seringkali sad ending. Jade menangis. Juga temannya, anak-anak tetangga. Odong-odong harus jalan ke tempat lain mencari rejeki dari anak-anak yang lain.
Odong-odong. Ini mainan impor anak-anak dari Klaten. Seperti kata Wahyudi, pengayuh odong-odong. Menurutnya ada semacam industri rumahan yang memproduksi odong-odong di Klaten, yang hasil produksi menyebar ke banyak daerah di
Harga odong-odong bervariasi. Berkisar diantara 7-8 juta untuk 1 odong-odong. Odong-odong Wahyudi berlabel 6 juta. Dia beli langsung dari
Sehari keuntungan bersih Wahyudi dikisaran 200-300 ribu. Itu kalo narik dari pagi. Kalau keluarnya sore, keuntungan ada dibawah angka itu. Modalnya? Rokok. Sekalipun tak baik buat kesehatan seorang pengayuh odong-odong.
Wahyudi tidak sendiri. Bersama kakaknya, pemuda dengan logat jawa timuran yang masih kuat itu –meski sudah sedikit bercampur dengan irama ucap
Wahyudi kecil tinggal bersama keluarganya yang transmigran dari Banyuwangi. Lahir dan besar di
Saya suka sarkastik padanya. Tapi tak benar-benar
Soal mainan saya jadi ingat terus rindu pada mainan saya sewaktu kecil. Katapel yang menggantung dileher, klahar si
Playstation tentu saja jauh lebih menarik dari semuanya yang saya sebut diatas.
Dan Wahyudi mencoba membuat kemungkinan baru dari ketertarikan lain anak-anak pada beragamnya mainan anak-anak.
Suatu malam saya melihatnya melintas didepan rumah. Sudah larut. Sepertinya akan pulang. Lagunya tak seperti biasanya. Lagu
Mungkin untuk sedikit mengusir penat, meringankan capek betis kaki yang mengayuh seharian. Wahyudi
Foto: NeMu (searah jarum jam: Jade, Wahyudi, Gita, Thirza)