SAYA tidak sedang ikut-ikutan mencibir. Tapi untungnya Della anak
Jakarta, bukan anak Palu. Ya, maksud saya Della JKT48. Tapi saya juga yakin
kalau ada remaja di Palu yang jika ditanya apa arti Tut Wuri Handayani juga
pasti kelabakan, atau paling tidak tetap percaya diri untuk mengatakan hal yang
sama: semboyan itu artinya walaupun beda tetap satu. Apa pentingnya sejarah.
Della JKT48 |
Buat saya, Della tentu tidak salah. Saya mengamini banyak tanggapan
atas kicaunya di twitter itu sebagai upaya tanpa sadar, mengingatkan bangsa
yang pelupa akut ini, arti semboyan yang saya juga tidak tahu-tahu benar apa maknanya
Tut Wuri Handayani itu. Saya cuma tahu itu semboyan pendidikan yang
diperkenalkan Ki Hadjar Dewantara. Della menegaskan pernyataan tokoh pendidikan
yang baru-baru ini ditulis Muhidin M. Dahlan itu: nakal harus, goblok jangan.
Della memang harus nakal. Remaja-remaja Indonesia yang tidak kalah
paternalistiknya dari orang-orang tua, membutuhkan sosok pemecah kebuntuan. Dan
kicauan Della itu memecah kebuntuan. Ini strategi yang harus dipikirkan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. Keteladanan remaja Indonesia hadir
dari kotak kaca bernama televisi atau dari semua akun aktif mereka di media
sosial internet. Dan bukan dari bacaan, apalagi dari buku-buku, misalnya Pramoedya
Ananta Toer, untuk menyebut nama (baca: idola).
Kenakalan remaja yang populer macam Della, tentu dibutuhkan
remaja-remaja di seantero Indonesia raya. Pernyataan mereka di semua kanal
media sosial memiliki resonansi yang kuat, setara fatwa ulama, atau bahkan bisa
mempengaruhi keputusan remaja dalam bersikap: konsumsi, dandanan, gaya bicara,
tema obrolan, atau orientasi masa depan. Saya pernah merasakan pengalaman
imitasi a la remaja ini dari sosok Onky Alexander. Jadi, apa yang terjadi hari
ini adalah pengulangan saja, yang lebih kompleks dalam aspek kemajuan
teknologi.
Teknologi menjadikan batas administrasi wilayah kabur. Ruang jadi tidak
penting di sana. JKT48, grup vokal Della yang nakal adalah pernyataan ruang
(Jakarta) sebagai penjelasan lain tentang ibukota negara yang pelupa akut ini.
Nomor 48 di sana dileburkan oleh teknologi dari proses imitasi yang lebih
global. Angka itu diadopsi dari apa ingin saya sebut sebagai gerakan kultural
kontemporer Jepang, yang sebelumnya lahir di era penjajahan: Jepang pemimpin,
pelindung, dan cahaya Asia. Tidak bisa dibendung. Ini rivalitas Jepang atas
wabah K-Pop asal Korea Selatan (yang mustahil terjadi di Korea Utara) yang
hadir dalam beragam produk kebudayaan: grup vokal, film seri, dan rambut lurus-jatuh-melayang
ditiup angin.
Gubernur Ahok tentu tidak merasa harus risau oleh akronim itu. Karena
tidak penting. Jauh lebih penting buat Ahok, remaja-remaja di kota yang dia
pimpin itu melek politik, seperti yang disampaikannya dalam bentuk surat yang
pernah dia tulis. Gerai kecil berjudul Teman Ahok juga telah hadir di beberapa atrium
mall di Jakarta, yang ditunggui oleh remaja, untuk kumpul Kartu Tanda Penduduk
Jakarta yang akan mendukung pencalonannya sekaligus memilihnya nanti dalam
pilkada Jakarta 2017 dari calon perseorangan. Ya, yang risau dalam soal Della
ini saya. Kenapa?
Di Palu, tempat saya tinggal, teknologi belum mampu mengaburkan
definisi ruang. Makanya saya berpengharapan, harusnya grup vokal itu namanya
bukan JKT48. Pemerintah daerah harusnya bisa bernegosiasi dengan manajemen
untuk menggunakan akronim PLW48 atau ST48. Orang-orang lalu akan bertanya, apa
itu PLW, ST, akronim dari Palu dan Sulawesi Tengah.
Selain menteri pendidikan dan kebudayaan, perlu kiranya kepala daerah
juga memikirkan strategi menjadikan popularitas a la televisi dan media sosial
sebagai teknik mengenalkan daerah. “Kita akan dikenal,” kata seorang kawan
menyebut nama seorang sosialita yang ditambahi label: anak-Palu, dari-Palu,
orang-Palu. Ini menjadi semacam fakir keteladanan lokal yang kurang keren
(karena kurang membaca), khas remaja daerah sebagai upaya mengidentifikasi
bahwa ada remaja pusat. Della adalah salah satunya.
Tulisan ini saya dedikasikan untuk TerkamFest, 27/09, Citraland Palu
No comments:
Post a Comment
Terima kasih, telah berkunjung ke blog saya