Hari di siang yang asing itu adalah hari yang berat bagi Harry Wibowo, bapak muda beranak dua itu. Hari yang tak biasa buatnya, mungkin bagi perjalanan hidupnya. Dia dipanggil dokter ke ruang konsultasi. Lembaran kertas dibuka dihadapannya. Kop surat kertas bikin dia terang, kertas yang digenggam dokter itu adalah informasi dari laboratorium swasta.
Prosedur yang biasa dalam pemeriksaan. Harry tak berpikir macam-macam. Namun setelah dokter angkat cerita seketika suasana berubah cepat.
Harry diam. Seperti ada sesuatu yang begitu berat menimpa pundaknya. Segalanya seperti berkecamuk dalam dirinya secara bersamaan. Dokter dihadapannya yang sedang menerangkan, baginya juga seperti televisi yang suaranya dimatikan. Ruangan kecil yang tak cukup terang itu seperti membekapnya. Dua kata tertera mencolok di kertas itu dicetak kapital, miring, tebal, dan diberi garis bawah, SUSPECT LEUKEMIA. Matanya mulai berkaca-kaca.
Terinspirasi oleh nama gelandang lincah asal Argentina yang jadi idolanya, Pablo Aimar, Harry mengambil unsur vokal dari nama itu, Aimar, untuk nama anak pertamanya 5 tahun yang lalu. Lengkapnya Raihan Aimar. Dipanggil Aimar.
Tiga hari sebelumnya, Aimar yang demam dan batuk dibawa Harry ke Rumah Sakit Budi Agung. Diagnosis sementara Aimar terkena Demam Berdarah Dengue (DBD). Aimar disarankan menjalani opname. Pemeriksaan darah dilakukan. Inilah untuk pertamakalinya Dokter menaruh curiga. Sel darah putih yang mengalir ditubuh Aimar membiak pesat jauh diambang rata-rata manusia dan anak-anak seusianya. Untuk meyakinkan, dokter minta pemeriksaan lanjutan ke laboratorium swasta.
Aimar diduga kuat mengalami kanker darah, untuk menyebut penjelasan lain bagi Leukemia. Harry tak begitu tahu seluk-beluknya. Yang dia tahu penyakit itu mengerikan. Sama seperti penyakit-penyakit mematikan lainnya. Dokter memberi saran agar Aimar segera ditangani. Sayangnya, dikota Palu tak ada alat medik yang bisa memastikan jenis Leukemia yang diidap Aimar. Yang terdekat adalah Makassar. Teknik medis yang dilakukan untuk memastikan itu adalah melalui pengambilan sampel di sumsum tulang belakang penderita atau Bone Marrow Puncture (BMP). Badan si sakit ditekuk agar tulang belakang merenggang dan jarum disuntikkan kesana.
Tanpa pikir panjang, Harry memutuskan berobat lanjut ke Rumah Sakit Umum Pemerintah (RSUP) Wahidin Soedirohusodo di Makassar (22/11). Di loket registrasi dia ditanya petugas, ”yang umum atau yang Jamkesda”. Jaminan Kesehatan Daerah adalah jaminan kesehatan yang diterbitkan pemerintah daerah Sulawesi Selatan bagi keluarga miskin (Gakin) diwilayah adminsitratif Sulsel. Prosedur Gakin dari daerah diluar Sulsel juga diterima. Syaratnya, ada rujukan dari rumah sakit umum pemerintah tempat pemohon berasal. Dan Harry tak punya rujukan itu. Agar cepat ditangani, lagi-lagi, Harry tak pikir panjang. ”Yang umum”, jawabnya singkat.
Dokter yang menemuinya saat visitasi perdana memberi saran soal pengobatan Aimar dan dampak biaya yang akan ditimbulkan. ”Yang kaya saja mengeluh”, kata dokter padanya. Untuk sekali Kemoterapi bagi penderita Leukemia kata Harry bisa mencapai Rp. 1.750.000. Dokter juga menjelaskan soal bahwa tak semua obat penderita Leukemia ditanggung Jamkesda.
Seorang kerabat Harry di Makassar membantu mengurusi Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari kelurahan tempat dia tinggal, setelah sebelumnya mengurusi Kartu Keluarga (KK) baru untuk pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Kota Makassar. Berbekal surat-surat itu, Harry mengantongi Jamkesda yang sangat membantunya dalam hal biaya pengobatan.
Sebelum ditangani, Harry disodori semacam surat perjanjian. Protokol yang harus disetujui keluarga atas tahapan medik yang harus dilalui pasien. Protokol itu termasuk untuk tidak ikut ke ruangan khusus waktu Kemoterapi model Intratekal dilakukan. Harry cuma bisa mendengar raung sakit anaknya dari luar ruangan.
Jenis Leukemia yang diderita Aimar adalah Leukemia limfositik akut (LLA), merupakan tipe leukemia yang paling sering terjadi pada anak-anak. Dan untuk pertamakali sejak masuk rumah sakit (04/11) Aimar menjalani Kemoterapi. Ada dua macam Kemoterapi yang akan Aimar jalani selama 3 bulan pertama sebagai fase awal. Yang pertama dengan cara Intratekal, penyuntikan pada ruas tulang belakang, kedua, melalui cairan infus.
Sehari setelahnya (05/11) Aimar terlihat payah karena pengaruh Kemoterapi yang dia jalani. Dia mengeluh sakit sekujur tubuh. Minta dipijat pelan diselangkangan. Jarum infus menancap dipunggung tangan kirinya. Tangannya yang satu memegang crayon memberi warna pada robot yang digambar Bapaknya, Harry. Sesekali Ibunya, Risma, membujuknya makan. Disekeliling ranjang, tentara-tentara dan tank mainan favoritnya, dibariskan rapi seolah-olah sedang menjaganya.
Aimar jauh dari keluarganya di Palu dan teman-teman sepermainannya di Basuki Rahmat. Keluarga dan teman-temannya yang senantiasa mendoakan kesembuhannya.