Sunday, August 25, 2013

Bhinneka Metal Ika

Mengenang Ipank Nocturno



Sebuah tanya dari kicau akun Twitter seorang kawan @Puthutea sehari sebelum Metallica naik panggung (25/8). “Sebetulnya apa yang menarik dari Metallica?” Saya membalas kicau itu: “kenangan”.

20 tahun lalu, April 1993, Metallica manggung di stadion Lebak Bulus Jakarta. Berita-berita tentang konser itu hanya saya ikuti dari majalah remaja Hai. Belum begitu jauh dari situ ketika saya menyukai band rock dari negeri Paman Sam itu oleh seorang kawan yang telah berpulang. Namanya Ipank.

http://2.bp.blogspot.com/-fNMu_kJtQYI/UXh8cAQM-GI/AAAAAAAABwI/m4-myPPEXhU/s640/HAI+Metallica+(1).JPG

Sebagai anak jaksa yang kerja orang tuanya berpindah-pindah, Ipank datang ke Palu dan membentuk sebuah band sekolah yang mereka beri nama Nocturno. Sebagai penyanyi di band itu, referensinya hanya satu: Metallica. The Unforgiven pernah dibuatnya menjadi koor dalam sebuah festival di Gedung Olah Raga Palu (1992) dan membuat band bentukannya itu menjadi band favorit yang selalu saya kenang.  

Dua intro yang selalu dimainkannya di saat-saat kami nongkrong dengan gitar kopong, Fade to Black dan Enter Sandman. Serupa genit ketika kali pertama pegang gitar dan belum sah rasanya bagi anak band jika tidak tahu memainkan intro gitar lagu Scorpion Always Somewhere atau Love of My Life punya Queen. Saya minta diajari kord lagu-lagu Metallica itu padanya, menghapal lirik-liriknya, lalu memainkannya sendirian di depan kaca di dalam kamar, membayangkan menjadi Hetfield di atas panggung yang ditonton teman-teman dan pujaan hati.

Jatuh cinta dan era pemberontakan masa muda dimulai. Pagi siang malam, dari dalam kamar yang terkunci hentakan Seek and Destroy, Blackened,  One, Ride the Lightning, Master of Puppets, dan entah apa lagi hits Metallica sebelum album Load dan seterusnya, berdentam. Dinding kamar tak ketinggalan. dihiasi poster-poster Metallica formasi ketika basis Jason Newstead masih ada.

http://sphotos-e.ak.fbcdn.net/hphotos-ak-snc6/262649_2102619454255_2159165_n.jpg

Saat itu tak mungkin rasanya minta dibekali orang tua untuk datang ke Jakarta hanya agar bisa nonton Metallica. Tapi mungkin sekali rasanya ketika 20 tahun kemudian pada tahun 2013 saya harus mewujudkannya. Serupa naik haji. Kali ini harus datang dan mabrur. Massa berkeliling serupa tawaf mencari pintu-pintu masuk dengan penjagaan ketat. Gerah, saya merasa harus membuka baju untuk ikut berguncang dengan ribuan penonton yang berdiri di area festival, tak begitu jauh dari bibir panggung.

Di Gelora Bung Karno (GBK), penonton dan Metallica sama-sama berbagi energi. Tak ada yang senja dari mereka. Permainan gitar dan aksi keliling panggung James Hetfield (50 tahun) dan Kirk Hammet (50 tahun) masih lincah. Begitu juga gebukan drum Lars Ulrich (49 tahun) yang masih bertenaga, stabil selama hampir dua jam lebih pertunjukan dan membawakan 20 lagu. Robert Trujillo yang telah menjadi basis ketiga setelah Cliff Burton dan Jason Newstead tak kalah gila, bak putaran gasing, rambut cacingnya yang headbanging di hampir setiap lagu bertempo cepat, tampak serupa gurita yang terluka.


Saya memantau informasi dari Wendy Putranto, wartawan Rolling Stone Indonesia, metalhead yang datang ke GBK tak hanya dari pulau Jawa. Saya bertemu beberapa kawan yang datang dengan rombongannya dari Makassar (@EvaMoa @ikoMd). Saya merasa beruntung menjadi salah satu dari ribuan pasang mata yang ikut menyaksikan band yang akan dan telah jadi catatan sejarah musik dunia itu.

Darkness imprisoning me
All that I see
Absolute horror
I cannot live
I cannot die
Trapped in myself
Body my holding cell
(Reffrain One, 1990)

Cuaca malam Jakarta yang bersahabat. Saya selalu saja mendongak ke atas, mengingat Ipank yang tak lagi bertemu dan bertukar kabar setelah pindah ke Jakarta pada akhir 1998. Hanya kabar usahanya melawan ketergantungan narkoba dan lalu kabar duka yang simpang-siur. Tapi saya yakin dari kejauhan yang sesekali kupandangi itu dia ikut menonton idolanya, Metallica!


















Pintu festival dibuka pukul 17.00








































Gelang event sebagai akses selain tiket

















Bertemu Ipang (@ipanglazuardi), vokalis BIP setelah konser


2 comments:

Terima kasih, telah berkunjung ke blog saya

Postingan Sebelumnya..